Rabu, 05 Oktober 2011

Ketidaklayakan Rakyat Miskin di Pemukiman Kumuh yang di Acuhkan Pemerintah.

Ketidaklayakan Rakyat Miskin di Pemukiman Kumuh yang di Acuhkan Pemerintah.

Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hampir setiap sudut kota. Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.
Tulisan ini memberikan penjelasan tentang upaya untuk mengatasi kemiskinan di perkotaan sekaligus pula untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin.
A.  Peremajaan Kota.
Pendekatan yang paling populer adalah, menggusur permukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai “Peremajaan Kota” , bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan dari perkotaan.
Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat telah bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur adalah hanya sekedar memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi dengan lokasi permukimannya yang baru.
Di Amerika Serikat, peremajaan kota sering digunakan pada tahun 1950 dan 1960-an. Pada saat itu permukiman-permukiman masyarakat miskin di pusat kota digusur dan diganti dengan kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih baik. Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.
Peremajaan kota yang dilakukan pada saat itu sering disesali oleh para ahli perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah sosial seperti kemiskinan perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan kriminalitas. Menyadari kesalahan yang dilakukan masa lalu, pada awal tahun 1990-an kota-kota di Amerika Serikat lebih banyak melibatkan masyarakat miskin dalam pembangunan perkotaannya dan tidak lagi menggusur mereka untuk menghilangkan kemiskinan di perkotaan.
Tampak rumah padat penduduk di Ciampelas yang berdampingan dengan Mal ternama di Kota Bandung. Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat telah bermukim lama di lokasi tersebut. Pada 2019 Indonesia menargetkan 30 persen kota di Indonesia tanpa pemukiman dan perumahan kumuh. Di Indonesia terdapat 8 juta keluarga yang belum memiliki rumah layak huni atau rumah sehat dan sederhana. Dengan asumsi Indonesia membangun 500 rumah per tahun, hal itu akan selesai selama 16 tahun.

B.  Aktivitas Hijau oleh Masyarakat Miskin.
Paling sedikit saya menemukan dua masyarakat miskin di Jakarta yang melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin. Seperti dapat ditemui di Indonesia’s Urban Studies, masyarakat di Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang di Jakarta Barat mereka mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan memilah sampah nonorganik untuk dijual.
Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mercy Corps Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif tanpa terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di Penjaringan. Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini dan mereka yakin untu mampu mendaurlang sampah di lingkungannya dan menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan yang juga akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.
Aktivitas hijau tersebut adalah wujud pemberdayaan masyarakat miskin untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan sekaligus mengentaskan kemiskinan. Peranan Mercy Corps Indonesia yang memprakarsai program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri di Penjaringan, Jakarta Utara dan dua orang aktivis pemuda asal kampung Toplang yang memprakarsai aktivitas hijau di kampung Toplang adalah sangat berpengaruh besar dalam upaya pemberdayaan masyarakat ini. Tanpa inisiatif mereka, pemberdayaan masyarakat miskin tidak akan terjadi dan kemiskinan tetaplah menjadi masalah di kedua permukiman kumuh tersebut.

Ini adalah gambaran yang menunjukkan keprihatinan kehidupan anak-anak rakyat miskin di pemukuman kumuh Jakarta yang hanya bertumpu pada lingkungan dengan prasarana apa adanya tanpa memperhatikan kesehatan yang menimpanya. Perlunya uluran tangan dan perubahan yang terencana agar kelayakan hidup mereka terselamatkan.

        C. Kesimpulan.
Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman masyarakat  miskin adalah tidak dengan menggusurnya. Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin keruh dan sulit untuk di tuntaskan. Aktivitas hijau seperti yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan Kampung Toplang merupakan bukti kuat bahwa,  masyarakat miskin mampu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan juga mengikis kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen dalam komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya digusur.
 Pemerintah sudah semestinya memikirkan jalan keluar yang tepat agar kemiskinan dapat di tanggulangi tanpa ada yang terasingi. Keadaan kota yang telah penuh akan prasarana  masyarakat modern membuat masyarakat kecil tersingkirkan. Perlulah pembaharuan dan pensejahteraan untuk rakyat miskin agar mereka tetap dapat menikmati kehidupan yang selayaknya dengan tempat tinggal, kebutuhan hidup dan lapangan kerja yang memadai. Karena, sudah sepantasnya semua rakyat Indonesia merasakan kelayakan hidup yang sepantasnya.

                                                                              By : Firda Huurunnisa SA)#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar