Minggu, 09 Oktober 2011

Peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak

PERANAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK.


Dalam perkembangan hidupnya, manusia di pengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari dirinya sendiri (internal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri pribadinya (eksternal). Istilah lingkungan psikologi sosial  menunjukkan hubungan antara aspek pribadi dan aspek sosial. Lingkungan budaya secara sosiologis merupakan hasil lingkungan sosial, karena jika di lihat dari sudut sosiologis kebudayaan merupakan hasil pergaulan hidup dalam wadah-wadah yang sering di sebut kelompok sosial atau masyarakat.

Pengaruh Lingkungan Keluarga (orang tua)

Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Melalui lingkungan inilah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan kelurga inilah anak mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua biasanya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak, agar anak tersebut meperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui penanaman I siplin dan kebebasan serta penyerasiannya.
Pada saat ini orang tua dan anggota keluarga lainnya melakukan sosialisasi melalui kasih sayang, atas dasar kasih sayang itu didik untuk mengenal nilai-nilai tertentu, seperti nilai ketertiban, nilai ketentraman dan nilai yang lainnya. Keluarga juga merupakan pelaksana pengawasan sosial yang penting. Banyak norma-norma kelompok yang di pelajari dalam keluarga dan dengan demikian merupakan pembatas tingkah laku yang sesuai.
Kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dan kontrol kelembagaan yan mengatur peradilan, perkawinan, peranan-peranan pribadi maupun umum dari suami dan istri merupakan pelajaran yang luas di dalam keluarga. Motivasi dan keberhasilan studi salah satunya di pengaruhi oleh lingkungan keluarga,  apakah orang tua terlalu mementingkan disiplin atau memberikan kebebasan dari pada di siplin, ternyata keserasian atau keseimbangan keduanya sangat di perlukan.


Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam
melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas
sebagai pendidik. Tiap eksponen mempunyai fungsi tertentu. Dalam mencapai tujuan
keluarga tergantung dari kesediaan individu menolong mencapai tujuan bersama dan
bila tercapai maka semua anggota mengenyam " Apakah peranan masing-masing "

I.           Peranan Ayah:
1. Sumber kekuasaan, dasar identifikasi.
2. Penghubung dengan dunia luar.
3. Pelindung terhadap ancaman dari luar.
4. Pendidik segi rasional.

II.     Peranan Ibu :
1. Pemberi aman dan sumber kasih sayang.
2. Tempat mencurahkan isi hati.
3. Pengatur kehidupan rumah tangga.
4. Pembimbing kehidupan rumah tangga.
5. Pendidik segi emosional.
6. Penyimpan tradisi.

III.       Peranan anak laki-laki dan wanita.

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa keluarga pada hakekatnya
merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak
yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya. Dasar pemikiran
dan pertimbangannya adalah sebagai berikut :

a) Keluarga adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat
kelahirannya sampai proses perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Bagi
seorang anak, keluarga memiliki arti dan fungsi yang vital bagi kelangsungan
hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidupnya.

b) Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang,
perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa sentuhan
manusiawi itu anak akan merasa terancam dan penuh rasa takut.

c) Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah
dia mengalami pertama-tama mengalami hubungan dengan manusia dan
memperoleh representasi dari dunia sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan
keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui
pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan keluarga.
Keluarga menjadi dunia dalam batin anak dan keluarga bukan menjadi suatu
realitas diluar seorang anak akan tetapi menjadi bagian kehidupan pribadinya sendiri. Anak akan menemukan arti dan fungsinya.

d) Dalam keluarga seorang dipertalikan dengan hubungan batin yang satu dengan
lainnya. Hubungan itu tidak tergantikan Arti seorang ibu tidak dapat dengan tibatiba
digantikan dengan orang lain.

e) Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari
dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, norma-norma dan
sebagainya. Nilai-nilai luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat
kemanusiaannya dalam penyempumaan diri.

f) Pengenalan didalam keluarga memungkinkan seorang anak untuk mengenal
dunia sekelilingnya jauh lebih baik. Hubungan diluar keluarga dimungkinkan
efektifitasnya karena pengalamannya dalam keluarga.

g) Keluarga merupakan tempat pemupukan dan pendidikan untuk hidup
bermasyarakat dan bernegara agar mampu berdedikasi dalam tugas dan
kewajiban dan tanggung jawabnya sehingga keluarga menjadi tempat
pembentukan otonom diri yang memiliki prinsip-prinsip kehidupan tanpa mudah
dibelokkan oleh arus godaan.

h) Keluarga menjadi fungsi terpercaya untuk saling membagikan beban masalah,
mendiskusikan pokok-pokok masalah, mematangkan segi emosional,
mendapatkan dukungan spritual dan sebagainya.

i) Dalarn keluarga dapat terealisasi makna kebersamaan, solidaritas, cinta kasih,
pengertian, rasa hormat menghormati clan rasa merniliki.

j) Keluarga menjadi pengayoman dalam beristirahat, berekreasi, menyalurkan
kreatifitas dan sebagainya. Pengalaman dalam interaksi sosial pada keluarga
akan turut menentukan pola tingkah lakunya terhadap orang lain dalam
pergaulan diluar keluarganya. Bila interksi sosial didalarn kelompok karena
beberapa sebab tidak lancar kemungkinan besar interaksi sosialnya dengan
masyarakat pada umumnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar.
Perkembangan sosial manusia dimulai dari masa bayinya. Bayi merupakan makhluk sosial sejak awal hidupnya. Pada usia satu bulan bayi bereaksi terhadap suara dan wajah seseorang. Antara dua dan tiga bulan bayi mengembangkan senyum sosial, yaitu mereka mulai tersenyum hampir pada setiap orang. Ini merupakan perkembangan yang penting karena mengundang orang dewasa untuk berinteraksi dengan bayi. Dalam masa perkembangan selanjutnya beberapa hal yang terjadi dalam hidupnya antara lain:
1.      Ada proses imitasi dalam kehidupan seorang anak.

Salah satu fungsi dari hal meniru ini ialah untuk memajukan interaksi sosial. Anak-anak lebih mungkin meniru suatu tindakan yang telah disetujui, misalnya makan dengan sendok, dibanding suatu tanggapan yang tidak diperhatikan misalnya memukul dua garpu secara serentak.

2.      Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain.

Anak usia dua tahun mulai mengarahkan perilaku orang lain.Tujuannya bukan untuk mendapatkan benda tertentu, tetapi untuk mempengaruhi orang dewasa. Anak tidak akan memberi perintah jika mereka tidak berharap orang tua mematuhi mereka. Di sini kita bisa melihat bahwa seorang anak mempunyai kesadaran tentang kemampuannya dalam mempengaruhi orang lain.

3.      Memiliki empati.

Yang dimaksudkan di sini ialah kemampuan untuk menghargai persepsi dan perasaan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan sikap anak jika mereka melihat orang lain terluka atau tertekan. Walaupun banyak kemampuan pada tahun kedua seperti memiliki kemampuan meniru, mempengaruhi orang lain dan memiliki empati, perkembangan berikutnya tergantung pada pengalaman seseorang. Untuk anak kecil, pengalaman yang paling penting terjadi dalam keluarga. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari suami, istri dan anak yang belum dewasa.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di dalam keluarga inilah seorang anak belajar untuk berinteraksi berdasarkan empati dan belajar bekerja sama dengan orang lain. Dengan kata lain dalam keluarga anak belajar memegang peranannya sebagai makhluk sosial yang memiliki aturan dan kemampuan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain.
Apa yang dialami melalui interaksi sosial dalam keluarganya turut menentukan tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarga, yaitu di lingkungan masyarakat luas. Di sini kita melihat bahwa keluarga mempengaruhi seorang anak dalam menjalankan perannya sebagai makhluk sosial (dalam bersosialisasi).
Setelah kita melihat betapa pentingnya peranan keluarga dalam perkembangan sosial seorang anak, sekarang kita melihat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial seorang anak. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1.      Status sosio-ekonomi.

Seorang anak yang dibesarkan dengan kondisi perekonomian yang cukup maka dia akan mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan diri. Dalam hal ini status sosial ekonomi sebuah keluarga bukanlah faktor mutlak dalam perkembangan sosial manusia. Namun paling tidak hal ini memberi sumbangan bagi perkembangan sosial seseorang. Bisa saja seorang anak dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang berkecukupan namun tidak harmonis, tentunya hal ini tidak akan menguntungkan bagi perkembangan sosial seorang anak.

2.      Keutuhan Keluarga.

              Seperti telah diterangkan di atas, keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari suami, istri dan anak yang belum dewasa. Apabila salah satu dari unsur-unsur tersebut tidak ada, misal ada ibu namun tidak ada ayah (baik karena meninggal atau bercerai), maka keluarga tersebut tidak bisa dikatakan sebagai keluarga yang utuh lagi. Ini disebut keutuhan keluarga secara stuktur. Disamping itu ada pula keutuhan dalam interaksi, yaitu adanya interaksi sosial yang wajar (harmonis). Ketidakutuhan keluarga tentunya berpengaruh negative bagi perkembangan sosial seorang anak.

3.      Sikap dan Kebiasaan Orang Tua.

Cara-cara dan sikap orang tua dalam pergaulannya memegang peranan yang cukup penting dalam perkembangan sosial seorang anak. Beberapa penelitian telah membuktikan hal ini dan didapati kesimpulan sebagai berikut: Makin otoriter orang tuanya, makin berkuurang ketidaktaatan, tetapi makin banyak timbul ciri-ciri pasivitas, kurangnya inisiatif, tidak dapat merencanakan sesuatu, daya tahan berkurang dan penakut. Sebaliknya sikap demokratis dari orang tua menimbulkan cirri-ciri berinisiatif, tidak penakut, lebih giat dan lebih bertujuan, namun juga menimbulkan kemungkinan berkembangnya ketidaktaatan dan tidak mau menyesuaikan diri.Bila orang tua terlalu melindungi anak-anaknya maka akan timbul ketergantungan kepada orang tua.

4.      Status Anak.

Yang dimaksud sebagai status anak di sini ialah apakah dia anak tunggal, anak sulung atau bungsu di dalam keluarga. Seorang anak tunggal perkembangan sosialnya berbeda dengan yang bukan anak tunggal. Anak tunggal cenderung egosentris, mencari penghargaan secara berlebihan, memiliki keinginan untuk berkuasa secara berlebihan dan mudah sekali rendah diri. Kita melihat di sini corak negatif dalam perkembangan sosial seorang anak tunggal. Anak tunggal cenderung mengalami hambatan dalam perkembangan sosialnya, karena ia tidak terbiasa bergaul dalam kelompok kekeluargaan yang sangat ia perlukan.
Anak yang memiliki saudara lebih aktif dan berambisi dibanding anak tunggal yang pasif dan kurang mau berusaha. Hal ini didasarkan pada kenyataan ketika anak pertama memiliki perasaan dihargai dan diperhatikan orang tua yang lebih besar daripada anak yang kedua dan seterusnya. Anak yang berikutnya justru merasa harus lebih giat berjuang memperoleh penghargaan dan perhatian dari orang tuanya sebesar yang telah diterima oleh kakak pertama.
Papalia dan Old (1987) dalam Hawadi (2001) membagi masa kanak-kanak dalam lima tahap :
1.       Masa Prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir.
2.          Masa Bayi dan Tatih, yaitu saat usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi, di atas usia 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi, di atas usia 18 bulan sampai tiga tahun merupakan masa tatih. Saat tatih inilah, anak-anak menuju pada penguasaan bahasa dan motorik serta kemandirian.
3.         Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal juga dengan masa prasekolah.
4.         Masa kanak-kanak kedua, yaitu usia 6-12 tahun, dikenal pula sebagai masa sekolah. Anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya.
5.         Masa remaja, yaitu rentang usia 12-18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya serta berupaya lepas dari kungkungan orang tua.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar