Minggu, 31 Oktober 2010

ERA LAYAR VS KECERDASAN ANAK

 

  •  Tahukah Anda? Selama tahun pertama kehidupan anak sekitar 80% informasi didapatkan melalui penglihatan? Mata memegang peranan lebih penting lagi, yaitu jendela kecerdasan mereka. Dengan mata sehat, setiap proses belajar anak akan semakin optimal. Tidak bisa dipungkiri, kita hidup di era layar yang menggunakan mata sebagai modal utama untuk menikmati tayangan televisi, games di playstation, telepon genggam, internet, DVD/VCD dan seterusnya. Memang menonton tayangan yang tepat akan meningkatkan kecerdasan dan daya imajinasi anak, selain dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya. Hal ini diakui dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K), seorang dokter spesialis anak konsultan bidang neurology dari RSCM Jakarta. Mengutip sebuah penelitian mengenai dampak menonton televisi pada anak usia di bawah 3 tahun dan anak usia 3-5 tahun, diperoleh hasil yang bertolak belakang setelah 6-7 tahun dilakukan penilaian kembali pada obyek yang sama. Untuk anak di bawah 3 tahun yang menonton televisi rata-rata 2 jam sehari dan anak 3-5 tahun rata-rata 3 jam sehari, setelah 6-7 tahun dilihat kembali, anak yang menonton layar kaca di bawah usia 3 tahun mengalami penurunan memori sedangkan anak 3-5 tahun punya kemampuan membaca yang lebih baik. Yang perlu diingat, dengan hanya menonton televisi otak akan kehilangan kesempatan mendapatkan rangsangan dan kesempatan untuk berperan aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain, bermain kreatif dan memecahkan masalah. Selain itu televisi bersifat satu arah sehingga membuat anak kurang mengeksplorasi dunia tiga dimensi dan kehilangan gangguan peluang mencapai tahapan perkembangan yang baik,” ujar dr. Hardiono pada sebuah /talkshow/ "Waspadai Bahaya Sinar Biru Bagi Kesehatan Mata Anak yang Hidup di Era Layar" yang diselenggarakan Wyeth beberapa waktu lalu di Jakarta. Agar anak mencapai tahap tumbuh kembang yang baik, ajak dia melakukan aktifitas yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, misalnya membiarkannya bermain bersama teman sebaya atau mengajak permainan yang memancing kreatifitas sesuai tahapan usia. Menurut sebuah survey Yayasan Pemerhati Media Anak (YPMA, 2002) jumlah rata-rata waktu anak menghabiskan waktunya di layar televisi adalah sekitar 5-6 jam sehari atau 30-35 jam per minggu atau 1560-1820 jam per tahun, sementara jam belajarnya hanya 1000 jam per tahun (tingkat SD). Tampaknya menonton televisi memang membuat kecanduan sehingga si anak enggan mengalihkan pandangan saat menikmati acara yang ditontonnya. The Child Obesity Summit 2005 mencatat bahwa anak yang suka menonton televisi cenderung mengalami obesitas karena kegemaran mereka ngemil di depan televisi dan kurangnya aktivitas fisik atau olahraga. "Situasi ini kerap dinamakan /glued to the tube /dan televisi sungguh telah menjadi pengasuh bagi anak-anak kita," ujar psikolog Elly Risman Musa yang juga menjadi pembicara dalam /talkshow/ yang sama. Ternyata tidak hanya televisi yang membuat anak ketagihan. Playstation atau PS, dicatat YPMA juga menjadi biang masalah, karena anak-anak rata-rata bermain PS 10 jam per minggu. "Belum lagi data tentang berapa lama waktu yang digunakan anak untuk mengirimkan SMS, MMS atau bermain /games/ di telepon genggamnya. Apalagi kalau mereka gandrung ke internet. Menurut www.tvturnoff.com, perubahan warna, gerak dan suara yang terjadi pada program anak-anak di televisi berlangsung sangat cepat yaitu 2-3 detik, padahal kemampuan otak anak menyampaikan informasi antar sinaps butuh 4-6 detik. Jadi jika anak banyak menonton televisi pada usia sangat dini, yaitu 1-3 tahun, akan menghasilkan anak dengan jarak perhatian dua menitan atau sering diistilahkan dengan/ two minutes mind/. "Jadi jangan heran jika anak yang tergolong kategori ini sulit sekali diajak belajar membaca karena mereka tak bisa memusatkan perhatian. Atau diam seribu bahasa dan telat merespon saat Anda berbicara sesuatu kepadanya karena pandangan mereka begitu melekat di layar kaca," lanjut Elly. Sementara untuk anak yang lebih besar, yaitu 5-7 tahun, menonton televisi terlalu sering dan lama maka akan terbentuk jarak perhatian yang sama dengan jarak antar iklan, yaitu 6-7 menit, atau disebut seven minutes mind. Pikirkan, apakah anak-anak ini akan bisa memecahkan masalah yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti matematika, kimia atau fisika? Dampak negatif dari terlalu sering menonton televisi atau bermain games, menurut Elly, antara lain anak cenderung duduk diam, pasif, memiliki imajinasi dan kreatifitas terbatas, cenderung hiperaktif, agresif dan antisosial. Bahkan untuk anak usia dini belum bisa membedakan antara yang nyata dan tayangan pura-pura. Anda tentu masih ingat seorang siswa SD yang di-smack down teman-temannya hingga tewas karena pengaruh tontonan gulat di sebuah stasiun televisi swasta yang sejatinya pura-pura itu? Anak di bawah tujuh tahun cenderung meniru berbagai perilaku yang ditampilkan di televisi karena perkembangan otak mereka yang masih terbatas sehingga tidak mampu membedakan mana yang hanya tontonan, mana kenyataan.
Diterbitkan di: April 08, 2008   Updated: Oktober 05, 2010
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar