Minggu, 31 Oktober 2010

Sekolah Darurat Kartini

Sekolah Darurat Kartini, Sekolah Kaum Terbuang
Rabu, 3 Desember 2008 | 11:13 WIB
Kompas/Wisnu Widiantoro
Beginilah kondisi Sekolah Darurat Kartini di pinggir Jalan Tol Lodan Raya -Sundakelapa -Tanjung Priok.
Adalah Sekolah Darurat Kartini yang mengajak kaum terpinggirkan  untuk bersekolah. Tak pakai biaya, yang penting mau bersekolah dan belajar. Sekolah yang terletak di pinggir Jalan Tol Lodan Raya (Sundakelapa -Tanjung Priok), ini disesaki oleh anak-anak berusia belasan tahun. Mereka anak-anak dari pedagang asongan, pemulung, tukang bangunan, dan tukang ojek, yang ingin meraih cita-cita setinggi langit.

Sejak pukul 07.00 sekolah dibuka hingga pukul 10.00 untuk murid taman kanak-kanak belajar dan bermain. Sedangkan dari pagi hingga tengah hari, murid sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) belajar pengetahuan umum. Setelah itu, siswa SD-SMA belajar keterampilan.

”Saya belajar membuat serbet makan,” ucap siswa kelas 6 SD, Fauziah (13), di SD Darurat Kartini, Ancol, belum, lama ini. Ia mengatakan, sejak kelas tiga SD sudah belajar ketrampilan. Sapu tangan dan taplak meja itu dijahit  tanpa menggunakan mesin. Menurutnya, hasil karyanya itu dijual ke pertokoan dengan harga Rp 100.000 per set.  ”Bahannya dikasih sama  Bu Guru, tapi hasil jualannya untuk saya,” katanya.

Sedangkan Maulana (15), siswa kelas 3 SMP itu belajar memasak. Ia belajar membuat sop buntut dan hasil karyanya itu disajikan saat penyerahan sumbangan dari PT Hero Supermarket Tbk di sekolahnya. Ia berencana menjadi seorang ahli masak. ”Nanti, kalau sudah pandai memasak mau bikin usaha sendiri,” tuturnya. Begitu juga dengan Eli (13)  yang belajar membuat minuman dari buah-buahan segar. Anak bungsu tukang ojek itu ingin suatu saat ini menjual keahliannya tersebut.

Menurut pendiri Sekolah Darurat Kartini, Sri Rosiyanti dan Sri Irianingsih, yang akrab disapa Ibu Kembar,  pendidikan sangat penting untuk anak-anak. Akan tetapi, hanya berbekal pengetahuan saja tidak cukup. Untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, anak-anak juga memerlukan keterampilan. ”Setelah belajar pengetahuan umum mereka harus belajar keterampilan,” ucap Rossy, panggilan Sri Rosiyanti.

Biar Jauh Tetap Dikejar

Umumnya anak-anak yang bersekolah di Sekolah Darurat Kartini tinggal tidak jauh dari sekolah tersebut. Namun, ada juga yang harus menempuh perjalanan setengah jam berjalan kaki ke sekolah itu.  Zubaedah, contohnya, ia setiap hari mengantarkan anaknya yang duduk di bangku TK ke Sekolah Darurat Kartini. ”Kalau naik angkutan, uangnya nggak ada,” ujar perempuan yang bersuamikan kuli bangunan itu.

Ia mengatakan, taman kanak-kanak lain menetapkan bayaran sekolah yang tinggi. Tapi, di Sekolah Kartini, ia tidak membayar sepeser pun. Malah, setiap hari anaknya mendapat susu segelas dan makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. ”Cuma, sekolahnya agak berisik. Semua kelas digabung jadi satu. Belum lagi, kalau ada kereta lewat, suara guru yang mengajar jadi nggak kedengeran,” tuturnya.

Walaupun kondisi sekolah masih minim, ia bersyukur anaknya bisa mengenyam pendidikan. ”Ibu-bapaknya nggak punya banyak duit, tapi  mudah- mudahan anak  saya bisa sekolah yang tinggi,” ujar Zubaedah penuh harap. (Intan Ungaling Dian)
Warta Kota
Sungguh luar biasa para guru yang tak henti menetesskan ilmunya pada anak anak yang terbuang dan terlantar..
pemerintah seharusnya tidak mementingkan diri sendiri..
seharusnya mementingkan para penerus bangsa yang masih tak terurus terutama di bidang pendidikan..
dari mulai kondisi yang tidak memungkinkan hingga tenaga kerja yang tidak mendukung,harus segera di jadikan pusat pemikiran untuk memberikan dana dan serana untuk anak anak yamng membutuhkan pendidikan..
kondisi mengenaskan di rasakan oleh anak anak Sekolah darurat yang seharusnya memiliki hak yang sama dengan anak anak normal lainnya..
mendapatkan pendidikan yang seharusnya..

Hal ini menggugah hati saya agar tarus berjuang menjadi guru profesional yang dapat membantu para guru mengajar anak anak  seperti di sekolah Kartini ini yang tidak seberuntung anak anak kota lainnya...
Semoga Pemerintah sama tergugahnya dengan saya..

Ncha..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar